top of page
jinipicks2_edited.png

Banyak Tekanan, Banyak Gaya?

  • Writer: Galuh Ginanti
    Galuh Ginanti
  • Jun 22, 2016
  • 3 min read

Updated: Dec 7, 2024

Alkisah di jaman modern serba instan dan penuh tekanan ini, semua orang berlomba-lomba ingin mendapatkan perhatian publik dengan mudahnya. Segala cara dihalalkan untuk terlihat dazzling di mata orang lain. Sampai-sampai melihat sekelilingpun, dalam tatap matanya mengisyaratkan; Situ oke?


Saya nggak menampik, pun bukan memberikan judgement buruk kepada setiap orang yang saya temui, kenal atau hanya kenal via media sosial, karena bahwasannya, saya juga pernah bersikap demikian. Tetapi lama kelamaan, jika dipikir lagi dan lagi, segala bentuk perhatian, pujian, posisi tinggi, kekayaan, reputasi baik, hanya bersifat maya di dunia yang fana ini. Tidak ada yang membuatnya abadi, bukan begitu?


Semua bermula atas dasar omongan orang. Review. Penilaian. Kalau misalnya saya menyediakan layanan, jasa, bisnis, review baik sangat penting untuk selalu diperoleh, karena akan berdampak pada meningkatnya jumlah pelanggan. Ketika penilaian orang ini masuk ke dalam kehidupan pribadi, akan jadi apa?


Pembuktian.


Yep, untuk membuktikan bahwa kita memang terlihat baik di mata orang lain tentu akan menimbulkan tekanan dalam hidup. Syukur-syukur kalau caranya baik. Tapi bagaimana jika tidak?


Ngomong-ngomong soal tekanan, saya jadi ingat salah satu rumus Fisika mengenai tekanan; dimana rumusnya adalah P = F/A.


Orang Fisika membaca bahwa tekanan (P) pada sebuah benda adalah besaran gaya (F) yang diterima oleh benda tersebut dengan luas permukaan (A) tertentu. Maka ini akan jadi berbanding lurus; gaya (F) yang semakin besar menjadikan tekanan (P) semakin besar pula, namun tekanan akan berbanding terbalik dengan luas permukaan, yakni luas permukaan yang semakin besar akan membuat tekanan yang diterima benda tersebut akan mengecil.


Pada dasarnya jika dikaitkan dengan kehidupan sebagian besar orang di jaman ini, terlebih ketika setiap detail kehidupan seseorang dapat dibagikan secara free and easy as pie, kepopuleran dan reputasi seperti yang saya sebut di atas sangat penting bagi mereka. Ketika orang lain menilai bahwa orang yang gila reputasi tersebut cantik atau ganteng, kaya, populer, sukses (padahal mereka bukan siapa-siapa dan nggak ada yang tahu jenis prestasi yang mereka buat), tentu akan membuat seseorang semakin ketagihan untuk mendapatkan penilaian-penilaian baru yang sudah barang tentu; A plus.


Semakin seseorang populer, semakin luas pengaruhnya, semakin hebat pencapaiannya (achievement) otomatis akan semakin besar pengakuan, pengenalan, penghargaan (recognition) orang lain terhadapnya. Sehingga ia tak perlu lagi membuat pengakuan sendiri atau membesarkan pengakuan tentang dirinya melalui ucapan maupun tindakan.


Namun, semakin seseorang merasa perlu membuat pengakuan hebat tentang dirinya, berusaha memberi kesan agar orang lain tahu bahwa dirinya hebat, justru sebenarnya menunjukan bahwa area aktualisasi dirinya semakin sempit. Sehingga gayanya makin belagu. Atau tekanan hidup yang dialaminya makin besar. (Tekanan = gaya/area, jika area kecil, maka gaya dan tekanan besar).


Sikapilah dengan baik. Bahwa tekanan tidak hanya diajarkan mengatur gaya dan luas permukaan sehingga dapat menghasilkan tekanan maksimum, tetapi dalam kehidupan, tekanan diajarkan bagaimana kita dapat mengatur hati kira untuk menghadapi berbagai masalah besar ataupun kecil sehingga kita bisa menerima tekanan yang minimum.


Seseorang yang area aktualisasi dirinya sudah luas, hatinya sudah lapang menerima keberadaan dirinya sendiri apa adanya, mampu bersahabat dengan takdirnya, maka ia akan bisa meminimalisir tekanan dalam hidupnya sehingga tak perlu lagi bergaya selangit, hanya untuk mendapatkan pengakuan dari eksternal. Orang seperti ini bahkan tak merasa perlu hirau lagi orang akan mengiranya seperti apa. Meski orang memandang rendah dirinya dari sisi atribut duniawi, dia tak akan merasa rendah atau kecil, tidak pula merasa perlu untuk memamerkan pada orang lain atribut duniawi yang disandangnya. Seperti pepatah kuno : padi semakin berisi akan makin merunduk. Jadi kalau kelihatan berisi tapi tak juga merunduk, mungkin isinya dimakan wereng, padinya ‘kopong’ alias tak berisi.


Hanya kesederhanaan dan rasa bersyukurlah yang bisa memperkecil tekanan, karena dengan hal itulah, kita nggak akan pernah merasa kekurangan.


Thank you for reading, fellas! Lots of love,


Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating

Share your thoughts and feedback with me. I'd love to hear from you!

Thanks for reaching out!

© The Jiniverse. All rights reserved.

bottom of page