top of page
jinipicks2_edited.png

Berulangnya Hari Lahir, Berkurangnya Jatah Hidup

  • Writer: Galuh Ginanti
    Galuh Ginanti
  • Jan 4, 2018
  • 2 min read

My Capricorn man was in a birthday. Yesterday. Usianya sudah melewati seperempat abad menuju tiga puluh. Yep, soon, it’s gonna be my turn in March. Apakah saya senang—kami, tepatnya? Tidak juga. Malah terbilang biasa saja. Kami tidak melewatinya seperti pasangan yang pada umumnya lakukan—menunggu hingga jam 12 tiba untuk memberi kejutan, membeli bunga, merayakan dengan makan bersama teman atau candlelight dinner berdua, beli kado… saya hanya masak makanan kesukaannya, beli cotton cheesecake (itu juga menjelang malam dan diantar abang Gojek). Lalu kami bernyanyi Happy Birthday layaknya anak kecil yang nongol di iklan Google. Lalu mirip panda kekenyangan setelah menghabiskan makan malam ditambah satu loyang kue berdua. What a carbs



Sungguh kebahagiaan yang hqq. Kami bisa menikmati ulang tahun setelah hingar bingar perayaan tahun baru dengan sederhana dan apa adanya. Boleh dibilang, kami terlalu lelah bekerja untuk sebuah perayaan tahunan, terlalu sibuk untuk mencari kado dan membuat kejutan, terlalu malas bangun tepat jam 12 karena saya pun perlu cukup tidur. Berbeda dengan ulang tahun jaman SMA dimana kita dijadikan bahan utama adonan kue—ditemplokin telur dan tepung nyolong dari kulkas emak, ulang tahun setelah berumur lebih dari 25 tentu akan lebih sederhana jika berpikiran lebih dewasa.

Saya: Kenapa kamu nggak suka merayakan ulang tahun? Dia: Karena ulang tahun yang nambah cuma angka, tapi tetap ngurangin jatah hidup.

Sejatinya, orang yang berulang tahun, seseorang itu berkurang usianya. Tanpa perlu bermewah-mewah, masih hidup saja sudah syukur. Raya syukur itu yang harus dirayakan bersama keluarga atau teman secara sederhana saja. Malah dia yang menerapkan rutinitas ulang tahun sebagai moment merenung dan instrospeksi diri. Apakah diri sudah berbenah? Sudah berhasil mencapai resolusi yang dibuat? Berbuat baik lebih sering? Semakin bertambah tua, apa iya juga nambah dewasa? Masih sering berbangga diri, atau kian merasa semacam debu halus di jagat raya?

Well, all I can say, growing old is mandatory; growing up is optional.

Lots of love,

Share this:

Comments

Rated 0 out of 5 stars.
No ratings yet

Add a rating

Share your thoughts and feedback with me. I'd love to hear from you!

Thanks for reaching out!

© The Jiniverse. All rights reserved.

bottom of page