Paid Promote Sejatinya Hanya Berujung Sedekah
- Galuh Ginanti
- Jan 16, 2021
- 3 min read
Updated: Dec 3, 2024
Disclaimer: tulisan ini murni hanya pengalaman dan pendapat pribadi, tidak untuk menjelekkan siapapun dan tidak bisa disamakan dengan pihak penyedia paid promote lainnya.
Punya bisnis kecil-kecilan sebagai sampingan dengan modal pas-pasan memaksa saya untuk menekan budget promosi seminim mungkin padahal itu memang bukan strategi penjualan yang baik. I mean, people won’t know your brand if you’re not ‘burning money’ for goods. Jualan itu nggak bisa menghilangkan pie chart untuk bagian marketing. Saya bukan orang yang jago benar soal SEO, copy writing apalagi memikirkan ide untuk konten viral. Sejauh ini cuma mengandalkan skill Canva—upload—hastag tepat—repeat.
Sebutlah saya ini tidak memberikan usaha maksimal untuk membangun bisnis saya; that’s more than true.
Saya pernah mencoba untuk iklan e-commerce, Facebook dan Instagram (kan ini jadi satu yha~) di bawah seratus ribu rupiah untuk iseng coba-coba belajar menyentuh pasar tertarget. Hasilnya belum bisa bikin balik modal, karena memang tujuan saya untuk menaikkan followers lokal—atau mungkin ilmu saya belum nyampe waktu itu, atau produk saya memang kurang menarik, atau pandemi membuat daya beli orang-orang menurun? Anyway, saya jual aksesoris Alpaka khas Bali, minyak kemiri bakar dan buku preloved original dalam satu nama toko. Susah bener menetapkan satu niche karena saya tipikal ‘penjual segala’ terlebih saat masa krisis dimulai.
Nah, beberapa minggu lalu saya mendapatkan tawaran paid promote dari sebuah Sekolah Tinggi. Isinya begini:


Lalu saya memilih paket termurah yang memberikan masing-masing satu kali tayang di feed dan di Instastory. Meskipun saya tidak mengalokasikan budget marketing dan sejatinya tidak berekspektasi banyak, saya punya beberapa alasan memilih untuk meng-iya-kan tawaran ini:
Masih terjangkau, tentu saja, meski 30 ribu harga paid promote ini tidak sebanding hasilnya dengan iklan yang pernah saya lakukan via marketplace atau media sosial.
Saya pernah ada di posisi mereka, jadi mahasiswa yang nyari pemasukan agar acara bisa berjalan lancar.
Orang yang kontak saya sopan banget, seenggaknya ini nilai plus 😀.
Nyoba dari paket murah dulu, kalau memang bagus mau lanjut yang paket lebih mahal.
Setelah bayar dan menentukan jadwal posting, hasilnya memang sesuai perkiraan saya.. Hanya dapat likes kisaran 10-40 per akun. Followers bertambah, tetapi kurang dari lima. Namanya juga murah meriah ya, apa yang bisa diandalkan dari post cuma di-keep sehari. Oh ya, salah satu akun memiliki followers 10ribu.

Sebagai review saja, beberapa kelebihan dan kekurangan berikut mungkin bisa jadi masukan untuk mahasiswa yang ingin mencoba sistem paid promote untuk penggalian dana.
Kelebihan:
Sopan. Ini penting banget apalagi ngechat orang yang ga dikenal. I think you all have the abilities to do so.
Scheduling post yang jelas.
Biaya terjangkau.
Kekurangan:
Tidak memberikan list akun. Sebaiknya sih dikirimin spreadsheet sebelum klien nya bayar, jadi kan seenggaknya ada gambaran berapa total followers yang bisa terjamah iklan ini.
Tidak memberikan report atas likes yang diperoleh per tampilan per akun untuk setiap klien. Untuk yang memiliki akun Instagram Business, sebaiknya mengirimkan screenshot insight ke klien, setidaknya agar si klien ini bisa menganalisa kekurangan kontennya—FYI, konten dan caption disediakan oleh klien.
Tidak ada feedback setelah melakukan posting. Seenggaknya diinfokan kembali si klien ini agar aware kalau iklannya sudah ditampilkan.
Jika dibandingkan dengan konten jenis bisnis lain di akun yang sama, likes lebih banyak bisa mereka peroleh. Saya lihat bisnis makanan gampang dapat likes nya hehehe.
Menurut saya, sebaiknya jika ingin mengiklankan bisnis iseng-iseng berhadiah, cara ini masih layak untuk dicoba. Karena postingan di akun-akun pribadi tersebut akan dihapus setelah masa berlaku iklan selesai. Well, kalau saya jadi customer, misalkan saya tertarik dengan post tersebut dan menyimpannya (tanpa melakukan follow), akan hilang jejaknya.
Yap, sejatinya paid promote hanya akan menjadi sedekah. Saya nggak merasa tertipu, bukan. Sudah semestinya ekspektasi nggak boleh tinggi jika memutuskan membayar jasa bukan dari penyedia paid promote profesional.
Mungkin ada yang memiliki pengalaman seperti saya? Sebenarnya bisa kok, mengenalkan brand dengan cara lain terutama yang sudah daftar marketplace. Manfaatkan promo free ongkir, flash sale, promo diskon untuk menarik perhatian calon pembeli, at least modal nyoba mengenalkan dulu buat ngegaet pelanggan.
Semangat, para pejuang receh!

Comments