Tentang Apa yang Harus Dipelajari : The Art of Research (a.k.a Stalking)
- Galuh Ginanti
- May 3, 2015
- 2 min read
Updated: Dec 7, 2024
Sebelum saya melanjutkan ke inti pembicaraan, memasuki hari ketiga di bulan Mei ini saya ingin mengucapkan:
1. Selamat Hari Buruh Internasional 2. Selamat Hari Raya Saraswati (bagi umat Hindu se-Dharma yang merayakan hari turunnya ilmu pengetahuan tanggal 2 Mei kemarin dan bertepatan dengan Hardiknas) 3. Selamat Hari Pendidikan Nasional! Semoga pendidikan di Indonesia bisa cepat menemukan kejayaannya kembali 🙂 4. Selamat long weekend (yang hampir habis :p)
Hmmm.. okay, back to the topic. Kali ini judulnya mungkin diselipi sedikit bumbu ‘alay’ karena kita semua tahu kalau personal investigation a.k.a intense research of an individual (baca: stalking) bukan bagian yang diperbolehkan dalam menjalani sebuah hubungan—kecuali si pelaku siap mental untuk menghadapi serangan jantung kecil, gejala tremor ringan, bahkan yang (sedikit) lebih mengenaskan, serangan takotsubo cardiomyopathy terjadi secara mendadak.
Untuk menggali kepribadian seseorang di jaman sekarang tidak hanya terbatas pada apa yang mereka lakukan, apa yang mereka katakan dan apa yang menjadi kebiasaan mereka. Trus gimana dengan apa yang dipikirkan oleh seseorang, dong? Hmmm.. sepertinya kita perlu berterima kasih dengan adanya sosial media. Keberadaan sesuatu yang satu ini secara nggak langsung memudahkan kita membaca pikiran pemiliknya. Selain itu memudahkan para stalker menjalankan aksinya dan menghalalkan segala cara untuk mengorek informasi yang bukan tidak mungkin akan menyebabkan pengurasan adrenalin, instagram ke-tap dua kali, kepencet favorite, atau tiba-tiba hp nge-hang dan komen di status ybs dengan sendirinya? Who knows? 😀
Siap-siap aja stok malu yang unlimited. Siap-siap aja charger kalau sewaktu-waktu moodmeter kamu low.
But, stalking is challenging! Gimana dong? Emang bisa berhenti?
Once you start stalking, you can’t stop. Karena stalking itu seperti candu, dan rasa penasaran itu seperti kekurangan dosis candu. Errrr -___-
Jadi, tips (versi saya) jika kalian doyan stalking cuma dua kok, nggak banyak-banyak. Ini super-duper bermanfaat banget untuk para stalker yang merasa kehabisan ide untuk terhindar dari syndrome seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya di atas. Dua point itu adalah: 1. SIAP MENERIMA KENYATAAN, atau 2. STALKING SAMBIL TUTUP MATA
Pesan saya, jadilah stalker yang selalu berpikiran positif. Pergunakan informasi seperlunya, jangan simpan informasi yang tidak perlu. Latih mood agar selalu stabil, ekspresi juga sangat perlu dilatih untuk tetap biasa-biasa aja (kalau tampang nggak perlu dilatih juga tetep bakalan begini-begini aja). Nangis di pojokan boleh, asal nggak ketahuan. Kalau kamu merasa kuat iman dan nggak kuat nanggung resiko, simpan sendiri. Kalau nggak kuat dan ngerasa nyesek…
Nggak kuat mana sama mati penasaran? :p

Comments